Assalamu'alaikum Wr.Wb
30 Bahaya Penyakit Ain Dalam Islam dan Cara Mengatasinya
Eksistensi manusia saat ini sangat aktif di media social, hampir setiap hari bahkan hampir setiap waktu manusia membuat status atau mengupload gambar-gambar berupa foto diri, keluarga atau aktivitas hariannya di media social. Hal ini dimaksudkan untuk berbagai motif, dari yang motifnya hanya untuk berbagi dan informasi sampai dengan tujuan-tujuan berbau bisnis dan politik.
Dengan banyaknya foto-foto yang dibagikan di media social tentu memberikan kesan yang berbeda-beda pada setiap orang yang melihatnya, mulai dari yang positif sampai yang negative, ada yang ikut, ada yang malah tidak suka atau malah ada yang keduanya.
Rasa senang, kagum yang dibarengi dengan rasa bendi dan iri saat seseorang melihat foto-foto yang dibagikan di media social bisa memberikan dampak negative pada orang yang ada di dalam foto tersebut yang biasa dikenal dengan penyait ‘ain.
Banyak orang yang mungkin masih belum memahami tentang apa itu penyakit ‘ain ini, maka dari itu artikel kali ini akan membahas tentang penyakit ‘ain yang berbahaya bagi makhluk hidup.
Apa Itu Penyakit ‘Ain?
Kata Ain berasal dari Bahasa Arab dengan mengaman bil kata ‘ana-Ya’inu yang artinya kurang lebih adalah tatapan seseorang yang menampilkan kekaguman namun dibarengi dengan rasa iri dan kebencian terhadap orang yang ditatapnya. Tak hanya menampilkan kebencian dan rasa iri, penyakit ain ini juga dapat menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang ditatapnya serta membahayakan bagi apa yang dilihat oleh hati yang hasad.
Secara sederhana, penyakit ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh rasa dengki ataupun kagum pada seseorang yang kemudian dimanfaatkan oleh setan untuk mengirimkan panah hasad pada orang yang di benci atau dikagumu tersebut sehingga menimbulkan penyakit bagi orang tersebut. Baik penyakit fisik maupun penyakit psikis.
Penyakit ain tidak dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan karena bukan merupakan penyakit medis, namun penyakit ini jelas dapat mengganggu kesehatan terlebih secara mental. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak – anak dan balita karena mereka masih lemah dan belum bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh jahat di sekitarnya. Orang dewasa juga bisa terkena penyakit ain ini bahkan hewan dan harta benda.
Contoh sederhana dari penyakit ain ini adalah ketika dua orang ibu-ibu yang tengah mengobrol dan ibu pertama terlalu memuji kelebihan anaknya yang tidak dimiliki oleh anaknya ibu kedua. Kemudian setan berperan dan meniupkan rasa iri dan dengki pada ibu kedua terhadap kelebihan anak ibu pertama sehingga terlepaslah panah hasad tersebut yang mengenai anak dari ibu pertama dan menyebabkan anak tersebut menjadi sakit atau mengalami perubahan perilaku yang meresahkan hati orangtuanya seperti membangkang ataupun tiba-tiba menjauh. (baca juga: Doa Agar Dicintai Orang yang Kita Cintai dalam Islam)
Hal inilah yang dinamakan penyakit ain, yakni penyakit pada seseorang yang timbul akibat sebuah kata-kata pujian yang disertai dengan rasa dengki, yang kemudian direspon oleh setan untuk panah ‘Ain dan mengenai sasarannya sehingga menimbulkan reaksi-reaksi negative seperti sakit secara fisik maupun mental.
Penyakit ain ini bukanlah penyakit modern, penyakit ini sudah ada sejak jaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dulu. Bahkan banyak hadis-hadis yang membahas tentang bahaya dari penyakit ‘ain ini.
Apa Bahayanya Penyakit ‘Ain ?
Penyakit ‘ain sangat berbahaya karena munculnya sering tidak disadari namun akibatnya bisa berlangsung terus-menerus hingga bisa sampai menyebabkan kematian pada orang yang terkena kemalangan penyakit ‘ain ini.
Bahkan rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallampun menjelaskan mengenai betapa bahayanya kemalangan yang disebabkan oleh penyakit ‘Ain ini.
Sabda rasul:
“Kebanyakan yang mati pada ummatku setelah qadha dan qadarnya Allah adalah karena pengaruh pandangan mata jahat” (HR.Bukhari).
Pernah diceritakan oleh Ibnul Atsir rahimahullah, bahwa:
“Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit.” (An-Nihayah)
Ibnul Qayyim rahimahullah juga menjelaskan bahwa:
”Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab ‘ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ‘ain, hanya dengan cerita saja tanpa melihat langsung”. (Zadul Ma’ad)
Dibahas juga oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid bahwa:
“Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ‘ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.” (Fatwa Al Islam)
Meskipun penyakit ini terlihat tidak masuk akal karena terkadang gejalanya tidak terdeteksi oleh ilmu medis namun penyakit ‘ain ini nyata dan ada. Seperti pada anak-anak yang tiba-tiba menangis terus dan rewel bahkan tidak mau makan namun ketika diperiksakan ke dokter, tidak ada kejelasan apapun dari penyakit yang diderita anak tersebut, dokter tidak menemukan penyakit atau sebab pasti yang membuat anak tersebut rewel. (Baca juga: Cara Menghormati Orang Tua dalam Islam)
Hal ini juga dikuatkan dengan penjelasan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa penyakit ‘ain adalah nyata dan ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya”. (HR. Muslim)
Dalam pendapat lain juga turut menegaskan tentang adanya penyakit ‘ain ini.
“Al-‘Ain adalah benar yang didatangkan oleh syaitan, dan oleh kehasadan anak adam”(Imam Ahmad)
Bagaimana Seseorang Bisa Terkena Penyakit ‘Ain ?
Seseorang bisa terkena penyakit ‘ain hanya dengan tatapan mata dari orang lain saja yang dibarengi dengan perasaan kagum sekaligus benci dan iri. Sehingga setan memanfaatkan keadaan ini untuk mengirimkan panah hasad kepada orang yang dikagumi atau dibenci tersebut sehingga menimbulkan penyakit pada orang tersebut.
Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Hajar yang berkata bahwa:
“Sebagian orang merasa bingung, mereka bertanya: ‘Bagaimanakah cara kerja ‘ain sehingga bisa memudharatkan orang dari jarak yang jauh?’. Sudah banyak sekali orang yang tertimpa sakit dan kekuatannya melemah hanya karena pandangan mata, semua itu terjadi karena ALLAH menciptakan di dalam unsur ruh suatu kekuatan yang bisa memberikan pengaruh, dan karena pengaruh tersebut sangat berkaitan dengan mata maka pengaruh yang ditimbulkannya disebut al-ain (mata), sebenarnya bukan mata yang memberikan pengaruh akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah pengaruh ruh, maka pandangan yang keluar melalui mata seorang (yang hasad atau kagum) adalah panah maknawi yang jika mengenai suatu jasad yang tidak berperisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan dan jika tidak berpengaruh berarti ia tidak mengenai sasarannya akan tetapi kembali kepada pemiliknya, persis sama dengan panah biasa”.
Penyakit ‘ain ini timbul dari rasa kagum dan benci dalam diri manusia jadi orang buta yang tidak bisa melihatpun bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang lain. Setan selalu mengintai dengan waspada untuk melahap ungkapan lisan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama ALLAH sehingga bisa dimanfaatkan untuk memberi kemalanganpada jasad orang yang didengki dengan izin ALLAH terlebih jika jasad tersebut tidak dibentengi dengan Dzikir dan Wirid.
Bahkan Ibnu Qoyyim rohimahulloh pernah mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa saja mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri dan orang seperti itu adalah termasuk jenis manusia yang paling jahat. (Baca juga: Cara Menghilangkan Dendam dalam Islam)
Terkadang pengaruh buruk ‘ain ini terjadi begitu saja tanpa ada kesengajaan dari orang yang memandang takjub atau benci terhadap sesuatu yang dilihatnya. Bahkan pengaruh buruk ini juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya.
Dahulu, hal ini juga pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang memiliki hati bersih tanpa ada rasa iri atau dengki terhadap sesamanya. Namun setan terus mencari kesempatan dan dengan seijin Alloh, pengaruh buruk ‘ain ini dapat menimpa mereka.
Ibnul Qayyim dalam berkata:
“’Ain bukan hanya lewat jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa membayangkan sesuatu lalu ia bisa memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak melihat. Banyak kasus yang terjadi yang menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa seseorang hanya lewat khayalan tanpa melihat.”
Selain lebih mudah menimpa anak-anak, penyakit ‘ain ini juga sangat mudah menimpa orang-orang yang kosong pikirannya dan kurang berdzikir kepada Allah subhana hua ta’ala.
Dalam al-Quran Surat al-Qalam ayat 51 Allah telah berfirman yang bunyinya:
وَإِن يَكَادُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزۡلِقُونَكَ بِأَبۡصَٰرِهِمۡ لَمَّا سَمِعُواْ ٱلذِّكۡرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجۡنُونٞ ٥١
Artinya:
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mata mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata : “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila)”.” (QS. Al-Qalam : 51).
Samakah ‘Ain Dengan Sihir?
‘Ain bukanlah sihir melainkan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh setan yang memanfaatkan perasaan tidak suka atau kagum yang berlebihan yang dirasakan oleh manusia terhadap manusia lainnya tanpa melibatkan Allah kemudian setan mengirimkan panah hasad kepada manusia yang dikagumi atau dibenci tersebut sehingga menimbulkan kemalangan.
Secara sederhana ain disebabkan karena inisiatif setan atas perasaan manusia yang tidak mengingat Allah saat membenci dan menyukai seseorang. Sedangkan sihir disebabkan oleh manusia yang kemudian diperbantukan oleh setan dalam niat dan pelaksanaannya. (Baca juga: Jenis Ghibah yang Diperbolehkan dalam Islam)
Adapun perbedaan antara ‘ain dengan sihir adalah sebagai berikut:
Kemalangan yang disebabkan Ain lebih berbahaya dari sihirKasus akan berakhir sendiri dalam waktu tertentu sedangkan ‘ain tidak, terkecuali diberi penanganan khusus.sihir sengaja dilakukan dengan maksud untuk mencelakakan yang disebabkan oleh rasa benci dan dengki si pelakunya, sedangkan ‘ain tidak selalu dimaksudkan untuk mencelakai karena ain bisa timbul sendiri tanpa disengaja oleh pelakunya. Bahkan orang terdekatpun bisa menjadi pelakunya meskipun tanpa disadari, seperti orangtua, guru, teman, dan lainnya.Sihir dilakukan oleh orang jahat yang memang memiliki rasa dendam dan dengki sehingga mengambil jalan pintas untuk menjatuhkan orang yang dia benci, sedangkan kemalangan ‘Ain bisa dilakukan oleh orang baik bahkan soleh karena ketidak sengajaan yang kemudian dimanfaatkan oleh setan.
Bagaimana Mengetahui Seseorang Terkena Penyakit ‘Ain?
Ada beberapa ciri yang mengindikasikan seseorang terkena kemalangan akibat penyakit ‘ain, yakni:
Merasa pusing di kepala rasa sakit yg berpindah-pindah warna wajah kekuning-kuningan, kadang kemerah-merahan bercampur hitam, mengeluarkan banyak keringat dari seluruh tubuh, sering buang air kecil, sering merasa mual ingin muntah, kehilangan nafsu makan, sering merasa kesemutan di kedua tangan, merasa demam atau panas / dingin di beberapa bagian tubuh, jantung berdebar-debar lebih kencang, merasa nyeri pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti bawah punggung dan bahu merasa sedih dan mellow. Dada merasa lebih sesak, sering berkeringat di malam hari, sering merasakan ketakutan yang berlebihan, emosi sulit dikontrol bahkan menjadi lebih Temperamental, sering cegukan dering menguap dan Mendesah. Menyendiri dan suka mengurung diri, selalu merasa lemas dan malas merasa ingin tidur terus atau bahkan jadi kurang tidur badan menjadi kurus atau susah gemuk mengalami sakit atau masalah pada kesehatan tanpa penyebab yg jelas dan sulit diobati secara medis gatal-gatal pada kulitAnak tiba-tiba sering rewel dan sulit diaturDan lain-lain
Bagaimana Mengatasi Penyakit ‘Ain ?
Setiap masalah pasti ada solusinya, begitupun dengan penyakit ‘ain yang pasti ada cara yang bisa kita ambil untuk mengatasi kemalangannya. Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ‘ain. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:
Baca-bacaan dan mendekatkan diri pada Allah
Hal pertama yang mungkin untuk dilakukan adalah dengan ruqyah. Bagi yang sudah sangat parah mungkin harus dibawa ke ahli ruqyahnya namun jika masih anak-anak dan tidak terlalu parah, para orangtua bisa mengatasinya dengan sering-sering memperdengarkan baca-bacaan dan mengajak anak-anak untuk membaca al-quran serta doa.
Dalam sebuah hadis diceritakan tentang bagaimana rasul menemukan seorang anak perempuan yang terkena penyakit Ain dengan warna kehitaman yang terlihat disekujur tubuhnya di rumah istrinya, Ummu Salamah. Melihat hal tersebut, Rasul kemudian berkata kepada Ummu Salamah, “Ruqyahlah dia, karena dia terkena ‘ain.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak berlebihan dalam membagikan dan membanggakan kehidupan pribadi
Terlalu membanggakan kehidupan pribadi dan membagikannya kepada orang lain terlebih di media sosial dapat menimbulkan rasa kagum dan benci terhadap orang yang melihatnya dan hal ini sangat mungkin dimanfaatkan oleh setan untuk meluncurkan pada hasad pada orang yang dikagumi atau dibenci tersebut.
Memandikan orang yang menyebabkan ‘ain
Jika seseorang tiba-tiba terkena kemalangan tanpa sebab jelas maka cobalah untuk mengingat-ingat kegiatan apa dan siapa saja orang-orang yang ditemuinya yang sekiranya memandangi dengan cara yang berbeda, terlalu menyukai atau menunjukkan rasa tidak suka. Jika sudah diketahui siapa yang menyebabkan penyakit ‘Ain tersebut, maka perintahkanlah ia agar mandi dan menyiramkan air yang bekas dipakai mandi tersebut kepada orang yang tertimpa kemalangan ‘Ain dari arah belakang tubuhnya. (Baca juga: Sifat Orang yang Bertakwa Agar Dicintai Allah SWT)
Cara ini telah dibahas dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Malik, dan Nasa’I yang didalamnya menceritakan bahwa:
Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya ayahnya telah menceritakan kepadanya : Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi yang diwasallam pergi bersamanya menuju Makkah. Ketika sampai di satu celah bukit Kharar di daerah Juhfah, maka Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah seorang yang yang berkulit sangat putih dan sangat bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah – kerabat Bani ‘Adi bin Ka’b – memandangnya ketika ia sedang mandi. ‘Amir berkata : ‘Aku belum pernah melihat seperti sekarang, juga tidak pernah melihat kulit wanita perawan bercadar’. Maka tiba-tiba Sahl jatuh terguling (karena sakit. Maka datag Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada Sahl ? Ia (Sahl) tidak bisa mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang yang kalian curigai ?”. Mereka berkata : “Amir bin Rabi’ah telah memandangnya”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggilnya lalu memarahinya dan bersabda : ‘Mengapa salah seorang diantara kalian hendak membunuh saudaranya ? Mengapa ketika kamu melihat sesuatu hal yang menakjubkanmu, kamu tidak memberkahi ?”. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Mandilah untuknya !”. Kemudian ‘Amir mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya, jari-jari kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana. Kemudian (air bekas mandi itu) disiramkan kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke kepalanya dan punggungnya dari arah belakangnya. Kemudian bejana tersebut ditumpahkan isinya di belakangnya. Maka setelah hal itu dilakukan, Sahl kembali bersama orang-orang dalam keadaan tidak kurang suatu apa (sehat kembali). ” (HR. Ahmad, Malik, dan Nasa’i)
Berwudhu
Selain dengan mandi, wudhu juga dapat dilakukan untuk mengatasi kemalangan akibat penyakit ‘ain. Jadi orang penyebab kemalangan ain tersebut berwudhu, lalu air bekas wudhunya dipakai untuk mandi atau membasuh tubuh orang yang terkena ‘Ain.
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang disampaikan dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata bahwa:
“Orang yang melakukan ‘Ain diperintahkan agar berwudlu kemudian orang yang terkena ‘Ain mandi dari air (bekas wudlu tadi).” (HR. Abu Dawud).
Kemudian At-Tirmidzi juga menjelaskan bahwa:
”Pelaku ‘ain diperintahkan untuk mandi dengan menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan telapak tangannya di mulut dan berkumur-kumur, lalu disemburkan ke dalam baskom tersebut. Baru setelah itu membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut, lalu memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan air baskom tersebut. Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan air baskom itu ke lutut kirinya. Baru kemudian membasuh tubuh di balik kain, namun baskom itu tidak usah diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang yang terkena ‘ain dari arah belakang satu kali guyuran.”
Itulah pembahasan mengenai bahaya penyakit ain dalam Islam. Pada dasarnya Allah lah sang maha pencipta segala hal yang ada di alam semesta ini oleh karena itu sudah seharusnya kita sebagai manusia selalu mengingat dan menyertai Allah dalam setiap apa yang kita lakukan dan apapun yang kita rasakan baik itu rasa suka maupun rasa tidak suka, rasa kagum maupun rasa benci dan dengki. Karena jika kita terlalu berlebihan menyukai atau membenci tanpa menyertai Allah di dalamnya maka rasa suka dan benci kita tersebut akan dimanfaatkan setan untuk lebih memperburuk keadaan bahkan meluncurkan panah hasad sehingga menimpakan kemalangan pada orang yang kita sukai atau benci tersebut. Semoga pembaca sekalian dapat memetik manfaat positif dari pembahasan artikel kali ini
Sekian,
Wassalamu'alaikum Wr. WB.
Sumber :
https://dalamislam.com/info-islami/bahaya-penyakit-ain-dalam-islam
Komentar
Posting Komentar